“PLN tidak bisa berjalan sendiri dalam mewujudkan transisi energi. Dukungan dan kolaborasi dari pemerintah daerah menjadi modal penting bagi kami untuk memastikan pembangunan PLTP berjalan tepat waktu, tepat mutu dan membawa manfaat besar bagi masyarakat,” ujar Suroso.
Senada dengan hal tersebut, Executive Vice President Panas Bumi PLN, John Y.S. Rembet menegaskan bahwa Bengkulu merupakan salah satu wilayah strategis dalam pengembangan energi bersih berbasis panas bumi. Potensi besar yang dimiliki daerah ini menjadi bagian penting dari pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional.
“Bengkulu dikaruniai potensi panas bumi yang sangat melimpah. Dalam RUPTL 2025–2034, terdapat dua pembangunan utama yang tengah dikembangkan PLN, yaitu PLTP Hululais dengan kapasitas 2×55 MW dan PLTP Kepahiang dengan kapasitas 2×55 MW. Kedua pembangunan ini diharapkan tidak hanya memperkuat sistem kelistrikan Sumatra, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi daerah,” ujar John.
John menjelaskan bahwa PLTP Hululais saat ini tengah dalam proses menuju tahap konstruksi, dengan target operasi komersial pada tahun 2028. Sementara, PLTP Kepahiang sedang memasuki tahap finalisasi pemilihan mitra strategis dan ditargetkan beroperasi pada 2030.
Pembangunan panas bumi di Bengkulu akan memberikan _multiplier effect_ yang luas, mulai dari keterlibatan pelaku usaha lokal, penyerapan tenaga kerja, peningkatan infrastruktur akses jalan, hingga program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berkelanjutan.
“Pembangunan PLTP bukan hanya menghadirkan listrik ramah lingkungan, tetapi juga membuka banyak peluang bagi masyarakat. Kami ingin setiap langkah pembangunan dapat berjalan inklusif, melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat setempat, serta membawa manfaat ekonomi dan sosial yang nyata,” jelas John. (@dex)