“Proses metabolisme itulah yang menimbulkan asam yang bisa merusak gigi,” tandasnya.
Sementara itu, Pengelola Program Gigi dan Mulut Dinkes Bojonegoro, Nina Erliana menyampaikan masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini menjadi perhatian penting. Sebab sesuai data WHO tahun 2020 lalu, sebanyak 3,5 miliar orang di dunia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut (gilut), 3-4 orang tinggal di negara berpenghasilan rendah. Tingginya masalah gilut penduduk Indonesia karena perilaku menyikat gigi secara benar masih rendah.
“Menurut pelaporan Dinkes Bojonegoro jumlah kasus gigi dan mulut pada tahun 2021 ada 13.878, tahun 2022 ada 28.102, tahun 2023 ada 46.383, dan per Januari – Augustus 2024 ada 20.932. Kemudian Siswa SD/MI yang dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut tahun 2021, sebanyak 27%, tahun 2022 43%, tahun 2023 68%, Januari hingga Agustus 2024 sebanyak 21%,” jelasnya.
Untuk itu, Dinkes Bojonegoro melakukan penyebarluasan informasi dan edukasi terkait kesehatan gilut dan pentingnya menyikat gigi minimal dua kali sehari. Edukasi dilakukan melalui medsos, talkshow di radio, posyandu di setiap desa, di sekolah setiap awal tahun ajaran baru, dan layanan kesehatan gilut di fasilitas Kesehatan tingkat pertama (FKTP).
“Sasarannya mulai ibu hamil, anak PAUD, TK, SD/MI, SMP, SMA, dewasa, lansia,” pungkasnya. [ai/nn]