Warga sekitar yang berdampak dari tambang tersebut mengeluhkan banyaknya truck bermuatan hasil tambang yang lalu lalang melintasi jalan desa serta banyak debu yang berterbangan maupun suara bising yang di timbulkannya, serta dapat menimbulkan kerusakan infrastruktur jalan desa.
“Sebenernya kita sebagai masyarakat juga khawatir pak, banyak debu berterbangan yang dapat mengganggu kesehatan, dan jalan-jalan banyak juga yang rusak karena dilewati truck pengangkut hasil tambang bermuatan berat setiap harinya, ”keluh warga yang enggan namanya di mediakan.
Berdasarkan aturan yang berlaku, perusahaan tambang tidak diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas publik seperti jalan masyarakat, perusahaan tambang harus memiliki jalan sendiri untuk aktifitas bongkar muatnya.
Larangan aktivitas tambang ilegal sudah jelas diatur pada UU pasal 158 disebutkan, Bahwa Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara menyatakan, Setiap orang yang melakukan Usaha Penambangan Tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) Tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).
Sampai berita ini diterbitkan belum ada konfirmasi dan klarifikasi pihak yang bersangkutan terkait adanya usaha tambang yang di sinyalir dan diduga belum adanya kelengkapan izin operasi.
(Red)