Selama bertahun-tahun Kata Nisa, warga desa Rorurangga keterbatasan air tawar. Sebagian besar sumur hanya menghasilkan air asin, memaksa anak-anak berangkat sekolah tanpa mandi dan para orang tua menggunakan air laut untuk menjalankan ibadah (berwudhu). Adapun air tawar yang tersedia diperdagangkan dengan harga yang sangat tinggi, mencapai Rp7.500 per-jerigen. Cukup berat bagi para nelayan dan petani yang berpenghasilan terbatas.
” Selama bertahun-tahun, warga di Di Pulau Ende dengan keterbatasan air tawar. Sebagian besar sumur hanya menghasilkan air asin, memaksa anak-anak berangkat sekolah tanpa mandi dan para orang tua berwudhu menggunakan air laut. Harga air tawar pun sangat tinggi mencapai Rp7.500 per jerigen. Cukup berat dan menjadi beban bagi para nelayan dan petani yang berpenghasilan terbatas “. Ungkap Nisa.
Kondisi inilah yang kemudian menggugah Nisa dan Laznas Al Irsyad menggagas Program Pembangunan Sumur Air Tawar Pulau Ende 2025 sebagai bagian dari upaya nyata untuk menghadirkan solusi berkelanjutan bagi masyarakat. Program ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan wujud kepedulian sosial dan bentuk amal jariyah yang manfaatnya akan mengalir panjang bagi kesejahteraan warga.
Nisa Juga Menjelaskan bahwa Perjalanan program ini dimulai pada pertengahan Agustus 2025, ketika Tim pertama kali berangkat ke Pulau Ende untuk melakukan sosialisasi, penjajakan lapangan, serta pengurusan wakaf tanah. Setelah itu, Tim Kedua menjalankan survei geologi untuk memastikan titik-titik potensial yang berpotensi menghasilkan air tawar dalam jumlah cukup. Kini, giliran Tim Ketiga yang bersiap mengeksekusi pembangunan sumur, sebelum nantinya Tim Keempat melanjutkan program dengan kegiatan pengembangan masyarakat agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas.
Dalam tahap awal, Laznas Al Irsyad menargetkan pembangunan 17 sumur air tawar di Pulau Ende sesuai hasil survei yang telah ditetapkan, ditambah 3 sumur di daratan Ende, sehingga totalnya mencapai 24 titik sumur. Selain itu, tim juga masih melakukan pencarian 6 titik potensial lainnya di wilayah Kota Ende.
Proses pembangunan ini diperkirakan akan memakan waktu antara dua hingga tiga bulan, meski estimasi pastinya baru dapat diketahui setelah uji pengeboran pada satu hingga dua titik pertama.
Pihaknya juga menyatakan Kabar gembira datang dari lapangan dua titik sumur pertama, yakni Sumur 2A dan 2B di Dusun Ekoreko, Desa Rorurangga, telah berhasil mengeluarkan air tawar dengan debit sementara mencapai 22 liter per menit. Menurut tim pelaksana, angka ini masih berpotensi meningkat setelah proses pembersihan pori-pori akuifer dilakukan.
” Kehadiran air tawar di tanah yang selama ini kering dan asin menjadi tanda awal perubahan besar. Program ini tidak hanya menjawab kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga membuka peluang peningkatan kualitas hidup, mendukung kegiatan pendidikan, dan mempermudah warga dalam beribadah.” Ujar Nisa
Melalui Program Sumur Air Tawar Pulau Ende 2025, Laznas Al Irsyad menunjukkan bahwa secercah harapan dapat tumbuh di tengah keterbatasan. Dari setiap tetes air yang mengalir tersimpan doa, kerja keras, dan semangat gotong royong untuk kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Pulau Ende.








