Mewakili Bupati Setyo Wahono, Wakil Bupati Nurul Azizah menjelaskan tiga fokus utama pembangunan Pemkab Bojonegoro. Yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta pertumbuhan ekonomi.
Sebagai langkah konkret pengentasan kemiskinan, Pemkab Bojonegoro meluncurkan program GAYATRI (Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri). Lewat program ini, Pemkab memberikan 54 ekor ayam petelur lengkap dengan pakan, vitamin, dan vaksin selama tiga bulan kepada setiap KK miskin yang terdaftar dalam Data Mandiri Masyarakat Miskin Daerah (Damisda), serta warga yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Diantaranya berusia produktif, memiliki minat beternak, dan memiliki lokasi untuk kandang.
Pemkab juga menjalankan program Lele Keluarga dalam konsep Best Deker (budidaya lele di depan rumah) serta Domba Kesejahteraan yang menyasar warga miskin produktif. Di bidang pendidikan, Pemkab menggenjot program Kejar Paket B dan C untuk 6.100 warga. Sementara dalam sektor kesehatan, program Universal Health Coverage (UHC) menjamin 100% warga Bojonegoro mendapatkan akses layanan kesehatan gratis.
“Inovasi layanan seperti konsultasi via WhatsApp hingga jemput bola pengobatan juga terus dikembangkan, termasuk untuk pasien IBC,” tambah Wabup.
Pada sektor ekonomi, penguatan UMKM, bantuan pedagang keliling, hingga penataan PKL turut digalakkan. Di bidang infrastruktur, program Padat Karya melalui BKK dan BKD diberdayakan untuk menyerap tenaga kerja dari kalangan masyarakat miskin.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan kolaborasi ini. Ia memperkenalkan program unggulan kampusnya yakni Mahasiswa Membangun Desa (MMD). Di Kabupaten Bojonegoro, mahasiswa MMD difokuskan ke Desa Pilanggedde, Ngadiluhur, dan Sidobandung. Tujuannya agar mahasiswa bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat serta menerapkan teknologi tepat guna untuk mendukung pembangunan desa.
Sementara itu, Kepala Desa Sidobandung, Sukijan, menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah pusat, provinsi, dan daerah. Ia berharap agar keberadaan BUMDes yang kini memiliki enam unit usaha, termasuk wisata BABO, simpan pinjam, dan pasar desa, bisa mendapat bimbingan lebih lanjut.
“Semoga BUMDes kami yang sudah memiliki enam unit usaha ini bisa berjalan dan berkembang,” jelas Sukijan.
Sukijan juga berharap agar kebutuhan pupuk dan air irigasi petani bisa lebih diperhatikan. Ia optimistis BUMDes dan program Kopdes Merah Putih bisa menjadi solusi penguatan ekonomi desa.