“KDS di Bojonegoro ada 2 yaitu KDS Sehati dan KDS Lentera yang sama-sama bertugas mendampingi orang-orang yang terinfeksi HIV,” imbuhnya.
Program kerja KPA diantaranya bersama Dinkes dan Bagian Hukum melakukan koordinasi perumusan penyusunan kebijakan strategi dan langkah-langkah Perbup. Juga membentuk LSM yang konsen terhadap HIV.
Selain itu, melakukan pendampingan dan pengawasan secara tidak langsung terhadap ODHA, menyebarkan informasi terkait HIV di masyarakat, penyuluhan di tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi. KPA juga berperan mengadakan talkshow on air ataupun off air serta berkoordinasi dengan lintas sektor melalui berbagai kegiatan termasuk Rakor.
“Kami berharap KPA bisa bekerja secara maksimal dengan dukungan dari pemerintah daerah dan dapat bersinergi dengan semua pihak agar tercapai eliminasi di tahun 2030,” ungkapnya.
Sementara itu, Pendamping Sebaya atau Pendamping ODHA, Alim Eldzun menyampaikan bahwa banyak yang beranggapan HIV itu bisa menular dengan berjabat tangan atau renang dalam kolam renang yang sama. Namun nyatanya hal tersebut adalah mitos. Sebab HIV tidak akan tertular jika kita tidak berhubungan seksual, tidak berbagi jarum suntik, atau dari ASI seorang ibu kepada anaknya.
Ia menuturkan ada perempuan yang positif HIV bisa punya anak yang negatif jika ketika mengandung virusnya sudah tidak terdeteksi lagi. Jadi harus minum obat, dan teman-teman layanan akan cek apakah virusnya masih terdeteksi. Setelah anaknya lahir akan diberikan pencegahan dengan cara diberi obat. Setelah enam minggu anak tersebut akan dites antibodi.
“Jika tindakan sebelum hamilnya bagus, anaknya akan negatif dari HIV. Namun jika melenceng dari prosedur ada dua kemungkinan antara positif dan negatif. Untuk itu harapannya kita punya kesempatan bersama, bisa hidup sehat bersama, kita menua bersama dan meraih impian masing-masing, jadi jangan putus obat,” pungkasnya. [ai/nn]