“Cabai rawit menjadi prioritas karena fluktuasi harganya berdampak langsung pada inflasi. Kami memfokuskan pengembangan di Desa Sambongrejo karena para petani di sini sudah terbiasa menanam cabai, dan kini mereka mendapatkan pendampingan teknologi dari BRIN,” tambah Helmy.
Kolaborasi antara DKPP dan BRIN mendapat perhatian khusus dari Peneliti Ahli Utama BRIN, Catur Haryono. Ia menyampaikan bahwa program ini merupakan strategi yang baik dalam mengatasi kendala teknis dan ekonomi, seperti penyakit kuning pada cabai yang menyebar antartanaman serta fluktuasi harga yang sering menjadi tantangan.
“Kami akan terus bersinergi dengan DKPP dan para petani untuk memastikan budidaya cabai yang lebih baik dan berkelanjutan,” ujar Catur.
Melalui kegiatan panen bersama ini, diharapkan pengembangan cabai berbasis manajemen kawasan di Kabupaten Bojonegoro dapat terus berjalan dengan baik, sehingga selain membantu meningkatkan kesejahteraan petani, juga berkontribusi pada stabilisasi harga dan pengendalian inflasi di Kabupaten Bojonegoro. [iz/nn]