Selain itu, dalam upaya pengendalian inflasi, program menanam sayuran di pekarangan rumah bersanding dengan program GAYATRI (Gerakan Ayam Petelur Mandiri).
Langkah kedua yang perlu diintensifkan, lanjut Sukaemi, membuat kalender tanam yang diprogramkan. Ini berkoordinasi dengan Koordinator Penyuluh (Korluh) DKPP. Dengan langkah ini, maka masyarakat tidak tanam serentak dan panen serentak. Jika panen bergantian, kebutuhan bahan pokok seperti cabai, tomat atau lainnya akan terkendali ketersediaannya dan tidak terjadi hukum permintaan dan penawaran.
Langkah ketiga (jangka panjang), Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah berkordinasi dengan PT PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) untuk sinergi apabila terjadi kekurangan atau kenaikan harga bahan pokok. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan ketika ada permintaan bahan pokok tinggi. Dan Seiring pelaksanaan program GAYATRI, juga program ayam kampung dan lele, yang telah berjalan. Dengan demikian adanya sinergi program Pemkab Bojonegoro dengan masyarakat ini bisa ikut mengendalikan inflasi dan pengentasan kemiskinan di Bojonegoro.
Sementara itu, Kepala Cabang (Kacab) Bulog Bojonegoro, Ferdian Darma Atmaja menjelaskan stok Gudang Bulog di Sumengko (Kecamatan Kalitidu) hingga ini ada 6.915 ton beras, 59,6 ton gula, dan 21 ribu liter minyak goreng. Kabupaten Bojonegoro juga telah menyerap gabah kering panen (GKP) 11 ribu ton, lebih banyak dari target pusat yaitu 8.700 ton.
Penyerapan gabah langsung ke petani, lanjut Ferdian, juga telah dilaksanakan bersinergi dengan TNI setempat. Juga telah menggandeng pemilik penggilingan padi di Bojonegoro sebagai mitra.