Motif godong jati adalah salah satu motif paling disukai konsumen. Motif ini menggambarkan daun jati yang lebar. Motif ini sebagai lambang tumbuh suburnya pohon jati di Kabupaten Bojonegoro. Dan ini selaras dengan berkembangnya sentra-sentra kerajinan kayu jati. Apalagi, motif ini juga sudah dikenal hingga mancanegara.
“Sebenarnya hampir semua motif disukai. Namun, motif godong Jati ini di antara yang disukai,” tandasnya.
Batik Jonegoroan tak hanya disukai karena motifnya. Tapi juga disukai karena teknik pengerjaannya. Ada yang menggunakan batik cap, semi tulis, hingga full tulis. “Batik yang kami perkenalkan memiliki kualitas yang baik dengan harga yang relatif kompetitif,” katanya.
Seto dan para perajin batik di Bojonegoro mengaku berterimakasih kepada Pemkab Bojonegoro yang telah mengikutsertakan para pengerajin dalam pameran BFF. “Kami berterimakasih atas fasilitas yang diberikan. Kami bisa mengekspose, memperkenalkan, dan memasarkan produk kami kepada masyarakat luas,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh pengerajin olahan kayu “Raga Jati”, Freditia Musthafa. Ia mengaku senang ikut menyemarakkan pameran. Ia membawa sejumlah koleksi perabotan berbahan jati.
“Mulai dari berbagai barang homedecor, kitchenware, souvenir, hingga berbagai produk lainnya. Produk jati asal Bojonegoro memiliki ciri khas dari model, finishing, dan harga yang bersaing,” katanya.
Menurut dia, produk jati asal Bojonegoro sudah dikenal di sejumlah kota di Jawa Timur, hingga luar Jawa. Produk yang banyak dicari, diantaranya kitchenware seperti piring, gelas, dan sendok. “Bahkan, banyak yang telah masuk ke pasar ekspor seperti Korea, Jepang, dan India,” katanya.
BFF akan berlangsung selama lima hari mulai Rabu (13/11/2024) hingga Minggu (17/11/2024). Dengan mengusung tema “Multikultural Fashion”, ada 122 peserta dan 122 stand pameran. [*/nn]