Penting untuk kita akui bahwa permasalahan ini tidak hanya berkisar pada alkohol, melainkan juga terkait dengan kegagalan sistemik yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Selama bertahun-tahun, masyarakat OAP terpinggirkan dalam pembangunan daerah, dan harapan untuk mendapatkan akses yang setara terhadap berbagai layanan dasar semakin jauh dari kenyataan. Kemiskinan yang mendera mereka bukan hanya soal materi, tetapi juga soal kesempatan—kesempatan untuk memperbaiki hidup dan mengubah nasib mereka.
Kini, dengan terpilihnya pemimpin baru dalam Pilkada 2024, masyarakat Boven Digoel, khususnya OAP, menaruh harapan besar. Mereka mendambakan perubahan yang nyata, bukan sekadar janji-janji kosong. Pemimpin yang terpilih harus mampu menghadirkan solusi yang terintegrasi dan berkelanjutan, yang tidak hanya fokus pada pemberantasan miras, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kualitas hidup, pendidikan yang merata, serta akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Tanpa langkah nyata yang menyentuh langsung ke akar masalah, kondisi ini akan terus berulang dan memperburuk nasib OAP.
Perubahan memang tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Masyarakat OAP berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik, dan dengan komitmen yang kuat dari pemimpin yang terpilih, harapan itu bisa menjadi kenyataan. Namun, kunci keberhasilannya terletak pada tindakan nyata, bukan sekadar retorika yang tidak berujung. Pemerintah harus melibatkan masyarakat secara aktif dalam merancang dan melaksanakan program-program yang relevan dengan kebutuhan mereka. Jika tidak, ketergantungan yang ada kini hanya akan menjadi lingkaran tak terputus yang terus menghancurkan masa depan generasi mendatang. ***