Kebanyakan Guru Kini Hanya Sebagai Pengajar, Bukan Pendidik: Apa yang Menyebabkan Hal Ini Terjadi?

4. Regulasi dan Undang-Undang Perlindungan Anak yang Disalahgunakan

Undang-undang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk melindungi anak dari kekerasan fisik dan psikis, sering kali disalahgunakan oleh orang tua atau pihak-pihak tertentu untuk menekan guru. Dalam beberapa kasus, orang tua menggunakan ancaman hukum terhadap guru jika mereka merasa anak mereka diperlakukan tidak adil dalam proses belajar mengajar. Ini menciptakan ketakutan di kalangan guru, yang akhirnya memilih untuk menghindari situasi yang bisa dianggap sebagai tindakan yang “berisiko”, meskipun itu adalah bagian dari proses pendidikan yang diperlukan untuk perkembangan siswa.

Kondisi ini menambah beban psikologis para guru, sehingga mereka lebih fokus pada keselamatan diri dan penghindaran masalah hukum, daripada berani mengambil langkah-langkah mendidik yang lebih inovatif dan efektif.

  Yakob dan Suharto: Kualitas Pendidikan, Fokus pada Penguasaan 3M

5. Kurangnya Dukungan Fasilitas dan Sumber Daya

Banyak sekolah yang masih kekurangan fasilitas pendidikan yang memadai, baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia. Tanpa fasilitas yang cukup, para guru pun kesulitan untuk memberikan metode pengajaran yang kreatif dan efektif. Alat bantu belajar, media pembelajaran yang interaktif, dan ruang untuk pengembangan karakter sering kali tidak tersedia, mengakibatkan guru terpaksa kembali ke metode pengajaran konvensional yang lebih bersifat administratif dan terukur.

Beban administrasi yang tinggi, serta kurangnya waktu untuk fokus pada kualitas pengajaran, juga semakin memperburuk situasi. Banyak guru yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mengerjakan dokumen administrasi, ketimbang benar-benar mengajar dan mendidik siswa.

  Kulit Buaya Berhasil Ditahan Di Bandara Mopah

 6. Stres dan Burnout Guru

Beban kerja yang tinggi, tekanan dari berbagai pihak, serta kurangnya dukungan profesional sering menyebabkan para guru mengalami stres dan burnout. Ketika guru merasa kewalahan dengan tuntutan administratif dan sosial yang datang dari orang tua, siswa, serta sistem pendidikan itu sendiri, mereka sering kali merasa tidak mampu untuk menjalankan peran mereka dengan sepenuh hati sebagai pendidik. Sebagai akibatnya, banyak guru yang hanya berfokus pada pengajaran agar siswa dapat lulus, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada perkembangan karakter atau keterampilan sosial siswa.

Perubahan peran guru yang kini lebih berfokus sebagai pengajar daripada pendidik bukanlah fenomena yang terjadi secara tiba-tiba. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, baik itu tekanan dari orang tua, kebijakan pemerintah, kurangnya dukungan fasilitas, hingga stres yang dialami oleh guru. Untuk mengembalikan peran guru sebagai pendidik yang sesungguhnya, diperlukan perubahan sistem pendidikan yang lebih holistik, dukungan yang lebih baik untuk guru, serta kesadaran bersama antara orang tua, guru, dan pemerintah bahwa pendidikan bukan hanya tentang angka dan kelulusan, tetapi tentang mempersiapkan anak didik untuk menjadi individu yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan hidup. ***

Penulis: Heberlinton Butar - ButarEditor: Heberlinton Butar - Butar

Tinggalkan Balasan