Untuk memastikannya, diagnose didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. “Oleh sebab itu perlu kesadaran masyarakat bila dirinya terdiagnosa tuberkulosis maka hati-hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan,” tuturnya.
Selain itu, dr. Nurcahyo dari Dinas Kesehatan Bojonegoro juga menambahkan bahwa pihaknya berharap agar masyarakat Bojonegoro peduli Gerakan TOSS TB, yakni temukan dan obati sampai sembuh. Juga berikan dukungan moril dengan mengajak penderita TB berobat sampai sembuh tuntas. Masyarakat juga perlu bersikap tidak diskriminatif terhadap pasien TB, dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). “Sehingga Indonesia Bebas TB 2030 dapat tercapai,” imbuhnya.
Dalam kesempatan sama, Titi Budi Lestari, salah satu kader TBC dari Desa Mojokampung Kecamatan Bojonegoro menuturkan bahwa dirinya mengalami gejala batuk selama 2 minggu yang tidak sembuh-sembuh. Lalu ia melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan dan hasilnya dirinya terdiagnosis sakit TB.
“Setelah mengetahui hal tersebut, saya rutin dan teratur melakukan pemeriksaan selama 6 bulan, Alhamdulillah saat ini saya dinyatakan sembuh dari penyakit TBC,” ungkapnya.
Titi juga berpesan kepada masyarakat yang terdiagnosis penyakit TBC agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan. “Tetap semangat lakukan pemeriksaan secara rutin dan minum obat yang telah diberikan oleh dokter,” pesanya.[fif/nn]















