Namun, dengan sinergi antara pemerintah daerah, pabrik gula, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), dan dukungan TNI, optimisme untuk mengejar target tetap tinggi.
Padi Tetap Prioritas, Komoditas Unggulan Lain Menguat
Selain fokus pada program bongkar ratoon tebu, Jombang juga terus memprioritaskan komoditas pangan utama, yaitu padi.
Dengan rata-rata luas tanam 75.000 hektare per tahun, Jombang masuk dalam 10 besar daerah dengan luas tanam padi terbesar di Jawa Timur. Program unggulan Budidaya Tanaman Sehat (BTS) juga terus didorong untuk mencapai produksi tinggi yang efisien dan ramah lingkungan.
Di sisi lain, Jombang juga mengembangkan komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar. Durian lokal Wonosalam, yang dikenal dengan nama Durian Mrico, kini sedang dalam proses pelepasan varietas nasional. Begitu juga dengan pisang mas Wonosalam, yang mulai banyak dibudidayakan oleh masyarakat.
Bupati Jombang, H. Warsubi, menegaskan bahwa keseimbangan antara pangan pokok dan komoditas unggulan sangat penting. Menurutnya, hal ini tidak hanya menjamin ketahanan pangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
”Kita harus menjaga keseimbangan ini. Padi tetap prioritas, tetapi kita juga mendorong komoditas lain seperti kopi, durian, dan pisang. Ini adalah cara untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan daya saing produk Jombang,” ujar Bupati Warsubi.
Salah satu contoh sukses adalah kopi Excelsa Wonosalam yang telah memiliki sertifikat Indikasi Geografis. Sertifikat ini tidak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi petani kopi di Jombang. Dengan kolaborasi yang kuat, Jombang optimis dapat mencapai target nasional sekaligus memajukan ekonomi lokal.
Reporter: Adi















