“Yang penting kami bisa ikut tes. Kami ingin ubah nasib dan banggakan orang tua di kampung,” kata Yosias.
Di tengah keterbatasan, mereka terus melangkah. Hidup mereka mungkin berat, tapi tekad mereka tak mudah goyah. Tak ada kasur empuk, tak ada dapur yang lengkap, namun setiap pagi mereka tetap bangun lebih awal—berlatih, berdoa, dan saling menyemangati.
Kisah mereka bukan sekadar tentang keinginan menjadi tentara. Ini adalah cerita tentang harapan, keberanian, dan pengorbanan. Tentang anak-anak muda dari pelosok Papua yang percaya bahwa masa depan bisa mereka rebut dengan usaha dan doa.
Dan siapa pun yang mendengar kisah ini, mungkin akan terdiam sejenak—membayangkan bagaimana sempitnya ruangan, hangatnya udara siang di bawah terpal, dan perut yang kadang harus dikosongkan demi bertahan. Tapi juga, betapa besarnya kekuatan sebuah mimpi, yang membuat 60 pemuda itu tetap berdiri teguh di tengah semua kekurangan. ***