Lalu dengan _Automatic Train Loading Station_, pengisian dan penimbangan batu bara ke gerbong kereta api dilakukan secara otomatis dan bisa dipantau dengan ponsel. Waktu proses pengisian batu bara ke gerbong kereta lebih cepat. Kapasitas pengeluaran batu bara dari lokasi tambang ke pelabuhan pun jadi lebih besar dibanding pesaing.
Sedangkan SSR memantau lereng tambang secara _real time_ dan detail. SSR mampu mendeteksi pergerakan kecil yang tidak terdeteksi oleh alat monitoring lainnya. Dengan begitu, konservasi sumber daya batu bara dapat ditingkatkan. Biaya atas risiko terjadinya longsor diminimalkan.
Ada juga _Digital Telemetri_ yang menyediakan data curah hujan secara _real time_ melalui CISEA. Kemudian SPARING memberi peringatan dini bila terjadi penyimpangan kualitas air yang tidak sesuai baku mutu.
Apollonius menambahkan, aplikasi CISEA membantu penyaluran CSR agar lebih tepat sasaran dengan menyediakan data kelompok rentan hasil _social mapping_, mempercepat evaluasi pemberian bantuan, dan memberikan data pembanding ketepatan penyaluran dana CSR.
“PTBA telah mendapatkan pengakuan Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia untuk aplikasi CISEA dengan jangka waktu perlindungan 50 tahun sejak diumumkan,” ujarnya.
Sejumlah penghargaan diterima PTBA berkat capaian transformasi operasional digital. Bahkan, Vice President Information Technology PTBA Satria Wirawan pada 2021 mendapat penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI Joko Widodo karena inovasinya dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pertambangan. Selain itu, Satria juga memperoleh penghargaan Dharma Karya Energi dan Sumber Daya Mineral dari Kementerian ESDM pada 2020.(A2n_)















