Insiden Sukosewu Memanas…! Awak Media Portalistana Dikatain Tak Punya Otak oleh Oknum LSM di Bojonegoro

  • Bagikan

Bojonegoro — Seorang jurnalis Portalistana.id berinisial (S) menjadi korban kekerasan verbal yang dilakukan oleh seorang aktivis (P) yang sebelumnya sempat menjadi korban dugaan penganiayaan di proyek rekonstruksi jalan Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro.

Kejadian bermula setelah (S) menerbitkan berita pertama berjudul “Pekerjaan Molor dan Diduga Kualitas Jelek, Oknum Kontraktor Proyek Rekonstruksi Jalan Sukosewu Pukuli Aktivis”, yang memuat laporan dugaan penganiayaan terhadap (P) oleh oknum kontraktor proyek. Namun, berita ini memancing berbagai tanggapan masyarakat, termasuk curhatan terkait perilaku (P) yang dinilai arogan dan sering teriak-teriak di sejumlah instansi seperti dinas, desa, hingga lokasi proyek.

Menjaga keseimbangan berita, (S) kemudian menulis artikel lanjutan berjudul “Menyoal Etika dan Sopan Santun Parman!” yang diterbitkan untuk mengupas sisi lain dari kasus tersebut. Untuk melengkapi pemberitaannya, pada Senin (13/1/2025) sekitar pukul 14.00 WIB, (S) mengunjungi lokasi proyek untuk mendengar kesaksian dari pekerja dan masyarakat sekitar. Karena kondisi kesehatannya kurang fit, kunjungannya berlangsung singkat.

  Lantik Kasun Gendong, Kepala Desa Sidomulyo Agus Hari: Jabatan itu Amanah dan Pengabdian

Namun, beberapa jam kemudian, sekitar pukul 17.30 WIB, (S) menerima panggilan WhatsApp dari nomor baru. Tidak merasa enak badan, ia meminta agar kepentingan disampaikan melalui pesan teks. Respons tersebut justru memancing reaksi keras dari (P), yang mengirimkan 24 voice note berisi kata-kata kasar, hinaan, dan umpatan tidak pantas, bahkan menyebut profesi wartawan dengan istilah yang merendahkan.

Dalam percakapan yang diterima (S), beberapa kutipan pesan dari (P) adalah sebagai berikut:

Temui kami beso y gus, dari mana kamu dapat ilmu seperti iblis.”

“Hidup mu, itu masih ber harga kerbau 🐃, pokok besok temui kami, kalau kamu punya pemikiran otak manusia.”

“Kenapa ngak lasung kamu dapat Nara sumber itu, baru kami kena musibah, kamu buat narasi rilis brita mendermakan hidup kami, sampai kamu besok ngak nemui kami, fikir yang dalam.”

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan