“Penggunaan GOR bagi siswa gratis pada pukul 07.00 WIB hingga 12.00 WIB. Selebihnya bisa digunakan oleh masyarakat umum dengan tarif tertentu sesuai jam penggunaan.” jelas Mas Wahono menyikapi.
Langkah tersebut disambut hangat oleh warga dan membuka ruang bagi aspirasi lain bermunculan. Ainul Yaqin, warga Desa Samberan, misalnya, meminta solusi pengelolaan sampah organik dan anorganik di masyarakat agar bisa diolah menjadi barang berguna. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian langsung menindaklanjuti aspirasi tersebut.
Bagi Mas Wahono – begitu ia akrab disapa – kebijakan yang baik lahir dari kedekatan dengan rakyat. Ia tak ingin duduk di belakang meja dan menebak-nebak persoalan. Sebaliknya, ia memilih hadir langsung di tengah masyarakat.
“Setiap permasalahan yang ada pasti dapat diselesaikan melalui kerjasama Pemerintah, Pimpinan Desa dan masyarakat. Sehingga sinergi antar semua pihak menjadi langkah penting untuk mewujudkan Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan,” tegasnya.
Sebagai anak kampung yang kini dipercaya memimpin Bojonegoro, Setyo Wahono tidak akan berhenti bekerja. Ia ingin setiap anak desa punya kesempatan tumbuh seperti dirinya – bahkan lebih baik. Medhayoh adalah jembatan yang ia bangun agar tidak ada lagi jarak antara pemerintah dan rakyat. Karena baginya, Bojonegoro adalah keluarga, dan keluarga harus saling mendengarkan serta bergerak bersama.[zul]


							












